pencarian

Kamis, 19 Maret 2009

Bagaimana Melindungi Otak Anak I



Bagaimana Melindungi Otak Anak


Perkembangan Otak Anak

Hubungan antar sel-sel otak dibentuk dengan adanya saling kirim-dan-terima signal. Signal yang berupa getaran aliran listrik ini mengalir dari sel yang satu ke sel yang lainnya, dan dengan bantuan zat kimia seperti serotonin, terbentuklah hubungan antara sel-sel otak tersebut.

Rangsangan yang terus-menerus, yang anda berikan melalui bentuk kegiatan yang berulang-ulang, akan semakin memperkuat hubungan antar sel-sel otak. Satu sel otak mampu membuat 15.000 hubungan dengan sel otak yang lain. Hubungan yang sangat rumit inilah yang membentuk jaringan
antar sel-sel otak.Pengalaman yang diterima oleh bayilah yang akan menentukan bentuk jaringan di dalam otak.

Sejak bayi lahir, jaringan ini akan dibentuk dengan cepat sekali, dan pada usia anak mencapai 3 tahun, otak anak anda akan membuat kira-kira 1000 trilyun hubungan, dimana jumlah ini adalah
2 kali lipat dari jumlah hubungan jaringan otak pada orang dewasa. Hubungan otak yang densitas/kerapatannya sangat tinggi ini akan tetap dipertahankan sampai dengan umur 10 tahun.

Setelah itu, apa yang akan terjadi ?
Setelah anak menginjak usia 11 tahun, hubungan antar sel-sel otak tersebut akan diseleksi secara alami, dimana hubungan yang sering digunakan akan semakin diperkuat dan menjadi permanen,
sedangkan hubungan yang tidak pernah digunakan akan diputus/dibuang.
Disinilah pentingnya pengalaman pada usia awal/dini. Disinilah peran orangtua akan sangat menentukan. Stimulasi yang anda berikan kepada anak anda akan sangat menentukan apakah hubungan antar sel-sel otak anak akan diperkuat atau justru diputus dan dibuang.

Kemampuan kecerdasan yang dimiliki anak ditentukan oleh 3 faktor yang saling bekerja sama seperti yang diungkapkan oleh Dr, Richard Masland, direktur Institut Penyakit Syaraf dan Kebutaan di AS. Ketiga faktor tersebut adalah: Keadaan otak anak beserta susunan syarafnya yang diwarisi dari orangtua Perubahan-perubahan di dalam atau kerusakan pada pusat susunan syaraf yang dibedakan cedera atau penyakit, sebelum atau sesudah lahir Pengaruh lingkungan dan pengalaman anak terhadap otak anak

Riset-riset di bidang kedokteran menunjukkan, sebagian besar anak-anak mempunyai problem tingkah laku, yang mengalami kesulitan dalam belajar membaca di sekolah, anak-anak yang over-aktif, sulit belajar disiplin, mudah teralihkan perhatiannya, koordinasinya buruk, dan mempunyai kesulitan pengamatan, mereka ini mempunyai kerusakan otak yang ringan.

Biasanya anak-anak ini mempunyai taraf kecerdasan normal atau di atas normal. Tetapi karena kesulitannya dalam pengamatan dan karena tingkah lakunya, mereka biasanya sulit belajar membaca dan kemampuan kecerdasannya tidak berkembang sepenuhnya. Seringkali kesulitan belajar ini juga menimbulkan masalah emosional. Paling sedikit 50% dari jumlah anak-anak terbelakang dapat dikurangi, demikian menurut American Medical Association.
Demikian juga kerusakan otak yang ringan. Banyak dari cara-cara pencegahan terjadinya kerusakan ini tergantung pada orang tua. Karena itu penting bagi Anda untuk mengetahui bahaya-bahaya yang bisa mengancam otak anak dan cara-cara melindunginya dari kesulitan belajar dan keterbelakangan mental.

Di bawah ini terdapat beberapa petunjuk penting yang perlu diperhatikan :

1. Sedapat mungkin hindarkan anak terkena campak (measles)
Orangtua biasa menganggap campak sebagai gangguan tak berbahaya bagi anak kecil. Tetapi campak ini bisa mengakibatkan kematian dan merupakan penyebab utama dari keterbelakangan mental. Dari anak-anak yang terkena campak, kira-kira 51% menunjukkan gambaran yang tidak normal pada pemeriksaan electroencephalograph (EEG). Ini ditemukan oleh Dr. Frederick Gibbs dan istrinya, dalam risetnya yang bertahun-tahun. Ini menunjukkan bahwa otak anak-anak itu sudah terkena walaupun tidak terlihat gejala-gejala enchepalitis (kerusakan otak), bahkan dalam beberapa kasus anak tidak mengalami demam.
Gambaran EEG ini biasanya pada beberapa anak, gangguan pada otak tetap berlangsung dan akhirnya, mungkin setelah beberapa tahun, anak menderita epilepsi. Tanpa pemeriksaan EEG yang berulangkali, para dokter tidak akan mengetahui hubungan antara campak dan epilepsi itu.
Sebagian anak yang tidak sampai menderita epilepsi dan gambaran EEG-nya kembali normal, tetap mengalami kesulitan belajar, berkurangnya kemampuan intelektual, ketidakstabilan emosional dan gangguan tingkah laku. Kerusakan otak yang diakibatkan campak ini paling banyak terdapat di antara anak-anak berumur 3 tahun. Dan anak-anak inilah yang paling membutuhkan perlindungan terhadap campak.

Pada tahun 1963 diadakan 2 macam vaksinasi yang efektif terhadap campak dan vaksinasi ketiga dilakukan pada tahun 1965. Bayi Anda bisa diberikan vaksinasi pada saat berumur 3 samapai 6 bulan. Dan pada umur 9 bulan dapat diberikan vaksinasi yang permanen. Demikian menurut American Medical Association.

2. Usahakan agar anak Anda berada di bawah pengawasan dokter yang cakap, yang secara rutin memeriksa keadaan kesehatannya dan memberikan semua vaksinasi yang perlu
Disamping campak ada beberapa penyakit menular yang bisa merusak otak anak yang dilahirkan sehat. Untung saja, penyakit seperti ini jarang berjangkit. Penyebab lainnya adalah komplikasi dari sakit gondok dan cacar air. Bila diobati secepatnya, akibat-akibatnya masih bisa diperkecil.

3. Ambillah tindakan pencegahan untuk menghindari kecelakaan-kecelakaan yang bisa melukai otak anak Hampir semua luka-luka di kepala sebenarnya dapat dicegah. Ini membutuhkan kehati-hatian orangtua. Bahaya paling besar terhadap kepala terletak di mobil. Orangtua yang tidak hati-hati sering membolehkan anak-anaknya bergumul di mobil, atau memanjat jok depan dan pindah ke belakang, atau berdiri di jok depan atau belakang, Bila mobil mendadak berhenti atau menabrak sesuatu, anak-anak mudah sekali terbentur kepalanya. Tali pengikat merupakan alat pelindung yang paling mudah bagi anak-anak.
Dua prinsip penting yang perlu diingat dalam melindungi bayi/ anak dari kecelakaan jatuh :
Ia ternyata lebih kuat dan lebih cepat daripada yang Anda kira. Dan setiap hari bertambah kecakapannya. Jangan mempunyai kebiasaan meninggalkan bayi di meja walaupun hanya untu mengambil popok. Walaupun bayi belum bisa berguling tetapi dia sudah bisa menjejakkan kakinya ke meja. Jangan meninggalkan anak yang duduk di kursi tinggi sendirian. Bila anak mulai merangkak, halangilah setiap anak tangga yang ada di rumah Anda. Bila ia sudah bisa belajar, latihlah ia menaiki dan menuruni tangga sambil dipegang. Bila anak mulai memanjat-manjat, ajarilah dia memanjat dengan aman, misalnya dengan memilih tempat-tempat yang aman untuk dinaiki.

4. Lindungilah anak dari racun yang merusak otak
Timah merupakan salah satu logam yang bisa mengakibatkan kerusakan otak pada anak kecil. Biasanya terdapat pada cat yang mengandung timah, pada mainan atau alat rumahtangga yang dicat kembali. Keracunan timah berlangsung lambat, selama beberapa minggu atau bulan. Gejala pertama biasanya anak rewel, diikuti gangguan pencernaan dan keletihan dan seringkali disertai kejang-kejang dan kematian. Walaupun akhirnya anak sembuh, kemungkinan besar kerusakan pada otak akan menetap. Untuk itu Anda harus mulai mengantisipasi kerusakan otak pada anak sejak dini, karena apabila sudah terlambat, maka anak akan mengalami kesulitan belajar dan gangguan perilaku.

Mengenal Anak Clumsy

Oleh Dr. Dwidjo Saputro, SpKJ


Clumsy merupakan gangguan motorik khas. "Gejala"nya mudah dikenali karena berkaitan dengan perkembangan motorik halus. Untuk itu, orang tua harus tahu perkembangan normalnya. Tapi, bisakah clumsy disembuhkan? Sering kita lihat seorang anak begitu keras menekankan pensil saat menulis, sehingga pensilnya patah atau kertasnya malah sobek. Atau seorang anak yang tak mampu menangkap bola dengan baik, sering menjatuhkan benda yang dipegangnya, dan sebagainya. Biasanya orang tua akan memarahi si anak, karena dianggapnya ia sembrono, tak hati-hati. Padahal, terang psikiater anak, Dr. Dwidjo Saputro, SpKJ., si anak sebenarnya mengalami gangguan motorik khas atau disebut clumsy. "Jadi, koordinasi motorik, khususnya motorik halus, tak berkembang dengan baik. Hal ini berkaitan dengan kematangan fungsi otak," jelas pendiri dan pimpinan Klinik Perkembangan Anak dan Kesulitan Belajar Jakarta ini.

Perkembangan Motorik

Kemampuan motorik halus, tutur Dwidjo, diharapkan sudah muncul pada usia sekitar 3 tahun. Sejak bayi, orang tua bisa memantau perkembangan motorik halus tersebut. Misalnya, telapak tangan si kecil terbuka saat umur 3 bulan. Sebulan kemudian ia sudah bisa menyatukan kedua tangannya, lalu di usia 5 bulan bisa memindahkan benda antara kedua tangan dan melemparkan benda pada umur 9 bulan. Selanjutnya di usia 11 bulan sudah menjumput dengan dua jari (pincer grasp) dan genap setahun sudah bisa menggunakan sendok. Kemudian di usia 2 tahun bisa membuka baju sendiri, usia 3 tahun membuka kancing baju, usia 5 tahun memasang tali sepatu, dan sebagainya.

"Itu semua merupakan fungsi-fungsi kehidupan sosial sehari-hari yang diharapkan lingkungan dari seorang anak." Adapun kemunculan kemampuan ini melalui perkembangan sensoris dan motorik. "Perkembangan ini berlangsung pesat sejak bayi sampai usia 3,5 tahun, yang disebut fase sensorimotor. Fase ini merupakan dasar perkembangan kemampuan kognitif atau berpikir anak." Nah, melalui perkembangan sensoris dan motorik yang pesat ini, anak akan mengolah semua rangsang yang ia terima. Misalnya, meraba, menarik, menggenggam, mendorong, melangkah, dan sebagainya. "Dari situlah kemampuan motorik anak mulai timbul." Jadi, melalui pengolahan sensoris motorik ini anak mulai berpikir. Misalnya, mengenal konsep jarak. Anak memahaminya melalui gerakan, yaitu dengan melangkah, "Oh, ini jauh, ini dekat."

Contoh lain, melalui gerakan meraba, anak belajar tentang halus-kasar, licin-kesat, dan sebagainya. "Dengan demikian pemahamannya bukan murni pikiran tapi juga melalui pengalaman bergerak. Anak berpikir secara motorik." Semua itu, lanjut Dwidjo, merupakan informasi yang sangat kaya untuk pengembangan kognitif anak. Sehingga, bila perkembangan motoriknya terhambat, otomatis akan juga menghambat perkembangan kognitif dan perkembangan lainnya seperti sosialisasi, kemampuan untuk menyesuaikan dan melakukan tugas sehari-hari. Bahkan, pada akhirnya juga menghambat perkembangan akademik si anak.

Hal inilah yang tak banyak dipahami oleh orang tua maupun kalangan pendidik, ujar Dwidjo, "Mereka kurang memberi perhatian." Yang justru lebih banyak diperhatikan adalah bentuk gangguan sensoris motorik dalam bentuk kecacatan atau ketidakmampuan yang berat seperti cerebral palsy. "Umumnya orang lebih tertarik mengamati akibatnya, oh, anaknya enggak bisa menulis, enggak mau sekolah. Jadi hanya dilihat dari hasil akademiknya tanpa menyadari apa yang dihadapi oleh anak."

Latihan Untuk Si Clumsy

Jika anak Anda usia 4 tahun, cobalah minta ia mempertemukan ibu jari dengan jari kelingkingnya. Bila ia tak dapat melakukannya, sebaiknya Anda berhati-hati. Atau bila di usia tersebut ia belum bisa memasang tali sepatu atau memegang sendok. Karena, hal ini berarti koordinasinya tidak bagus. "Bisa jadi ia mengalami clumsy," ujar Dwidjo. Langkah terbaik segera berkonsultasi ke dokter ahli syaraf/neurologi anak. Untuk mengenali apakah si kecil termasuk clumsy, orang tua harus tahu tentang perkembangan normal motorik halus. Memang setiap anak berbeda dalam berbagai aspek perkembangannya. Selain dipengaruhi faktor potensi dan kapasitas inteleknya, juga dipengaruhi pola perkembangan perorangan dan keturunan. Yang penting, jangan menganggap enteng setiap kelambatan perkembangan yang dicapainya.

Banyak hal yang bisa dilakukan untuk melatih motorik halus. Misalnya, latihan menjumput, meronce, atau membuat bentuk dari lilin. Dwidjo juga menyarankan orang tua untuk tak menghambat anak yang suka mencorat-coret dinding. "Dengan mencoret-coret, anak melatih kemampuan motorik halusnya. Ini akan menghindari tingkatan clumsy," ujarnya. Bila ada anak yang tak suka menulis di buku, "Mungkin saja ia memang clumsy." Sediakan kertas yang lebar atau tempelkan lembaran kertas di tembok. Bila perlu, buatlah kotak-kotak besar pada kertas yang ditempel di tembok. Setelah itu, ajari anak untuk menulis di dalam kotak. Besoknya, kotaknya diperkecil dan anak diminta mencoret di kotak terkecil. "Tanpa disadari, anak akan mulai mengatur gerakan motorik, sehingga perkembangan motoriknya akan mulai lebih bagus."

Latihan lainnya ialah dengan meminta anak mengepalkan dan membuka telapak tangannya secara bergantian dalam waktu bersamaan. Misalnya, tangan kanan mengepal bersamaan dengan tangan kiri membuka, lalu tangan kiri mengepal bersamaan dengan tangan kanan membuka, dan seterusnya.